DMRP-Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur Sumatera Utara (Sumut) Tengku Erry
Nuradi MSi meminta aparat penegak hukum segera bertindak cepat mengusut
penyebab kebakaran hutan di Sumut dan menindak tegas pihak yang terbukti melakukan pembakaran hutan.
Ia mengatakan berdasarkan laporan yang diterima dari Badan
Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), penyebab kabut asap yang
menyelimuti wilayah Sumut, termasuk Kota Medan dan sekitarnya akibat
kebakaran hutan dan lahan di sejumlah provinsi di Pulau Sumatera.
"Kebakaran paling parah terjadi di Riau. Sedangkan di wilayah Sumut
terpantau hanya 4 titik, yaitu di Kabupaten Karo, Mandiling Natal,
Tapanuli Utara dan Tapanuli Selatan. Tetapi skala kebakaran terpantau
kecil dibandingkan wilayah Riau," kata Erry, Jumat (4/9/2015).
Kendati demikian, kabut asap kiriman
dari Riau dan sejumlah daerah di sekitarnya mengakibatkan jadwal
penerbangan di Bandara Kualanamu International Airport (KNIA) menjadi
terganggu. Bahkan sejumlah maskapai penerbangan terpaksa menunda
penerbangan mengantisipasi hal yang tidak diinginkan.
"Hari ini, sedianya saya terjadwal bertemu para Bupati dan Walikota
sekepulauan Nias. Tetapi karena kabut asap, penerbangan dari Nias ke
Kualanamu dibatalkan. Akibatnya, agenda pertemuan juga ikut batal,"
ungkap Erry.
Erry meminta aparat penegak hukum mengusut penyebab kebakaran hutan
di wilayah Sumut, karena telah menimbulkan dampak luas bagi masyarakat.
"Jika ada yang terindikasi membakar hutan secara sengaja, tindak sesuai hukum yang berlaku," harap dia.
Tak hanya mengakibatkan batalnya sejumlah penerbangan,
kabut asap juga mengancam kesehatan warga. Sejak dalam 3 hari terakhir,
warga Kota Medan dan pengendara motor telah menggunakan masker dalam
beraktivitas di luar rumah.
"Jika tidak penting, sebaiknya kurangi beraktivitas di luar rumah.
Jika tetap harus beraktivitas, sebaiknya menggunakan masker. Lebih baik
mencegah dari pada mengobati," tukas Erry.
Bengkulu Dikepung Hotspot
Proovinsi Bengkulu mulai dikepung kabut asap yang berasal dari 31
titik api atau hotspot yang terpantau satelit terra aqua Badan
Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Bandara Fatmawati Soekarno
Bengkulu.
Prakirawan BMKG Bengkulu Haris Sahid Hakim mengatakan, sebaran 31
hotspot itu berada di 8 kabupaten se Provinsi Bengkulu. Kondisi ini
memicu ketebalan kabut asap.
Terbanyak berada di kabupaten Mukomuko, Bengkulu Utara dan Bengkulu
Tengah, Kaur, Bengkulu Selatan, Seluma, Kepahiang dan kabupaten Lebong.
Selain Hotspot, ketebalan kabut asap di Bengkulu juga diperparah
dengan asap kiriman dari Provinsi Sumatra Selatan yang dipicu hembusan
angina yang bergerak menuju ke arah tenggara menuju ke Kota Bengkulu.
“Ada 31 titik api yang terpantau satelit, kabut asap yang menyelimuti
Bengkulu juga merupakan kiriman dari Provinsi Sumatra Selatan yang
dibawa angin," ujar Haris di Bengkulu, Jumat (4/9/2015).
Jarak pandang pada siang hari, lanjut Haris, masih aman untuk
penerbangan yaitu 10 km. Jika berkurang hingga batas minimal 2 km, pihak
BMKG baru akan mengeluarkan peringatan kepada pihak bandaran Fatmawati
Soekarno Bengkulu agar tidak melakukan aktifitas penerbangan.
Irpansyahnadi, warga kelurahan Sukarami Kota Bengkulu mengaku mulai
mengalami sesak nafas akibat gangguan kabut asap yang mulai menyelimuti
wilayah tempat tinggalnya beberapa hari ini.
"Sudah banyak warga yang datang ke Puskesmas karena gangguan ISPA,
kami berharap kepada pemerintah jika kondisi ini terus memburuk tolong
bantu kami untuk mendapatkan masker," tegas Irpansyahnadi. (Ali/Nda) Liputan 6.com
0 komentar :
Posting Komentar