DMRP-Padangsidimpuan – Pengusaha batu bata di Padangsidimpuna kian pusing
gara-gara harga jeblok sebagai imbas dari melemahnya daya beli
masyarakat kota salak itu. “Gimana bisa kita cari makan seperti ini,
ekonomi tidak menentu. Kita sudah tekan harga hingga Rp 400 per biji
dengan harapan dapat menarik minat konsumen tapi toh sepi juga pembeli,”
ucap Alai pengusaha batu bata di Pal Opat Pijor Koling Padangsidimpuan
kepada SIB, Selasa (15/9).
Lebih lanjut dikatakannya, akibat sepi
pembeli maka pihaknya terpaksa memangkas jam kerja karyawannya. Jika
satu hari pekerja ada 10 orang, namun saat ini sudah kita sesuaikan
dengan kemampuan keuangan. Terpaksa dibagi dua, dimana dari Senin – Rabu
cukup 5 orang kerja dan Kamis – Sabtu lima orang lagi. “Kita tidak
kurangi karyawan namun jam kerjanya dikurangi. Mereka juga kan butuh
makan,” ujar Alai.
Batu bata yang mereka produksi sudah tergolong
baik kualitasnya dan tidak kuatir bersaing di pasaran, karena
menggunakan mesin untuk mengolah tanah liat, membentuk dan memotongnya.
Untuk ukuran Kota Padangsidimpuan batu bata yang diproduksi Alai
tergolong cukup bagus, namun akhir- akhir ini pemasarannya terganggu
akibat ketiadaan pembeli.
Anas salah seorang pekerja batu bata
tersebut mengaku kesulitan memasarkan batu bata saat ini. “Kita kerja
terus memproduksi bata tapi pembeli gak ada. Kasihan kita melihat toke
karena terbebani biaya produksi,” ujar Anas.
Beberapa pengusaha
batu batu yang dipantau SIB di Padangsidimpuan, baik di wilayah Silandit
maupun Kampung Toba sekitarnya, para pengusaha tampak wajah lesu karena
batu bata yang dioleh, dibentuk kemudian dibakar hingga matang, namun
pasaran sangat sepi. Menurut pengusaha tersebut harga terpaksa ditekan
ke bawah mencapai Rp300 atau bahkan Rp 250 per biji, namun belum ada
pembeli. (E08/h)
SUMBER : hariansib.co
0 komentar :
Posting Komentar